Powered By Blogger

About Me

Kawasan kota lama: Amsterdam di Timur




Ke arah selatan, melewati jembatan tol, kita akan tiba di lokasi asli kawasan Batavia yang dibangun antara 1634 hingga 1645. Batavia adalah hasil rancangan Gubernur Jenderal Coen, yang berniat membangun Amsterdam versi Timur dan menjadi pusat administrasi dan militer Hindia Belanda.

Objek pertama di kawasan ini adalah jembatan unik khas Belanda. Jembatan kayu berwarna coklat kemerahan ini dikenal sebagai Jembatan Pasar Ayam. Dibangun Belanda tahun 1628 sesuai dengan gaya aslinya di Amsterdam, yaitu bisa diangkat ketika kapal-kapal melintasinya.

Masih di kawasan ini, yaitu Jalan Kali Besar Barat dan Kali Besar Timur, berjajar bangunan-bangunan dari abad 18, beberpa dari awal abad 20. Kawasan ini merupakan pusat dari benteng Kota Batavia, yang mengalami masa jayanya pada abad 17 dan 18. Beberapa bangunan unik khas Eropa di kawasan ini adalah bangunan Asuransi Lloyd, Standard Chartered Bank, PT Samudra Indonesia, PT. Bhanda, Graha Raksa, dan Toko Merah.


Berjalan ke arah selatan sepanjang Sungai Kali Besar dan berbelok ke arah kiri di Jalan Pintu Besar Utara 3 kita akan tiba di lokasi di mana gedung pusat Bank Indonesia yang lama berdiri. Gaya arsitekturnya khas seperti umumnya bangunan BI di kota-kota di Indonesia, yaitu Neo-Classic, terlihat indah dengan ornamennya dan berwarna putih. Bangunan BI ini dibangun pada awal tahun 1990-an.

Dari BI kita berbelok di Jalan Pintu Besar Selatan dan berjalan ke arah utara, menuju kawasan Taman Fatahillah. Taman Fatahillah merupakan lapangan terbuka berbentuk persegi empat dengan bangunan-bangunan bersejarah di semua sisinya. Di sisi barat terdapat beberapa bangunan unik, salah satunya Museum Wayang (1912) yang di dalamnya dipamerkan koleksi wayang dari seluruh Indonesia dan beberapa negara di dunia. Museum ini dibangun di atas lahan gereja yang didirikan tahun 1640, namun rubuh akibat gempa bumi.

Di sisi utara terdapat sebuah restoran yang menempati bangunan dari awal tahun 1800-an. Di sampingnya, bangunan bergaya art deco yang berfungsi sebagai kantor pos. Di sisi timur berdiri bangunan bergaya Indische Empire Stiijl, bekas gedung pengadilan yang kini berfungsi sebagai Museum Seni Rupa. Di dalamnya dipamerkan koleksi keramik, lukisan, dan gambar-gambar yang menjelaskan perkembangan seni rupa di tanah air.

Di sisi selatan berdiri megah bangunan Museum Sejarah Jakarta. Bangunan unik yang terdiri dari dua lantai ini memamerkan barang-barang asli, replika, gambar-gambar dan foto-foto yang menunjukkan perkembangan sejarah Jakarta dari masa prasejarah hingga kini. Sebetulnya masih ada basement, yang digunakan sebagai ruang tahanan semasa pemerintahan VOC, lengkap dengan rantai-rantai besi asli yang digunakan untuk mengikat kaki para tahanan. Suasana muram, gelap dan pengap yang dirasakan ketika menengok lantai bawah tanah ini sanggup membuat bulu kuduk berdiri membayangkan kondisi sulit para tahanan saat itu.


Museum Sejarah (Stadhuis) dibangun tahun 1620 hingga 1707 atas inisiatif Gubernur Jenderal Coen dan awalnya digunakan sebagai bangunan balai kota semasa VOC berkuasa. Taman Fatahillah yang terletak di depannya menyimpan banyak sejarah, salah satunya pembantaian 5.000 keturunan etnis Cina pada tahun 1740. Penyebabnya karena VOC merasa terancam dengan keberadaan etnis Cina di Batavia yang jumlahnya membengkak, serta naluri bisnis mereka.

Kawasan Kota Tua Jakarta hanyalah salah satu dari beberapa kawasan historis di Jakarta. Masih ada yang lain seperti Glodok (Pecinan), kawasan sekitar Pasar Baru, Medan Merdeka, dan Menteng. Namun bila dilihat dari urutan sejarahnya, kawasan Kota Tua adalah cikal bakal perkembangan dan sejarah Kota Jakarta, sehingga terasa relatif lebih menarik untuk dijelajahi.

Diambil dari Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 25 April 2004, photo-photo koleksi pribadi.

No comments:

Post a Comment