Powered By Blogger

About Me

Kota


Ubah Imej Kota Hantu, Jadi Andalan Wisata
JIKA Singapura bisa memiliki dan mempertahankan kawasannya yang disebut Little India, China Town dan Kampung Melayu sebagai salah satu objek wisata menarik, mengapa Jakarta tidak? Seperti di negara tetangga tersebut, ibu kota Indonesia itu memiliki kota tua yang tak kalah menarik. Dilihat dari jumlah bangunan dan bentuknya, kota tua di kawasan Kota jauh lebih besar. Bangunan-bangunan tua tersebut berumur lebih dari satu abad, bahkan sudah mendekati dua setengah abad.

Sayang, potensi besar itu kurang tergarap secara maksimal. Banyak bangunan dibiarkan kosong tak berpenghuni, kusam, dan bahkan tidak sedikit dinding dan atapnya yang jebol. Berjalan di malam hari di kawasan ini serasa di tengah “kota hantu” (ghost town).

Barangkali, kita bisa belajar dari Negeri Singa itu bagaimana menata kota tua, sehingga menjadi tourist city di Asia Tenggara dan bahkan tujuan wisata internasional. Negara pulau ini mewarisi banyak bangunan dan kawasan historis. Padahal, dalam dekade 1970-an, bangunan bersejarah itu hampir musnah tergusur gedung-gedung modern akibat ledakan ekonomi (economic boom) yang melanda negara itu.


THE Supreme Court, terletak di St. Andrew’s Road dan dibangun pada 1939, masih berdiri megah dengan pilar-pilar bergaya Doric dan Corinthian. Tidak jauh dari situ, Raffles Hotel, dibangun pada 1887, terlihat anggun dalam warna putihnya, sangat khas bangunan masa kolonial Inggris. Ini hanya untuk menyebut beberapa tempat. Masih banyak sudut kota yang dapat dijumpai kuil China dan Hindu, gereja, dan masjid berusia puluhan tahun. Tidak ada kesan suram atau terabaikan pada bangunan-bangunan tersebut. Tampaknya semua itu adalah hasil kedisiplinan dan usaha yang sungguh-sungguh dari pemerintah dan warga Singapura dalam mejaga aset wisata negara mereka.

Patricia Setyadjie, General Manager Cody Enterprises mengatakan amat penting upaya pemerintah untuk segera merevitalisasi kota tua di Jakarta. “Saya senang sekali kalau liburan berkunjung ke museum Fatahilah ataupun sekadar berjalan-jalan di sekitar kota tua. Nostalgia? Iya juga sih, meskipun saya bukan orang zaman dulu. Nilai seninya itu. Tapi sayang bawaaannya saya malas sebab kota itu identik dengan semraut, panas dan macet,” tutur Patricia.
Kota tua di Jakarta bisa menjadi objek wisata menarik seperti Singapura atau Eropa jika ada political will yang sangat kuat dari pemerintah. Kawasan ini harus segera direvitalisasi secara total supaya investor tertarik. Daerah bersejarah ini bisa menjadi andalan wisata yang dapat mendatangkan pendapatan asli daerah (PAD) dan tidak menjadi “kota hantu” lagi yang membuat orang segan melewatinya, terutama di malam hari. (art/aak/anz/vit) indopos

Filed under: kliping, kotatua

No comments:

Post a Comment